Dibutuhkan Keberanian Untuk Percaya

Ibrani 6:19

Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir.

Ketika sedang mengoperasi hernia seorang pasien bernama Bill, semua prosesnya berjalan dengan lancar. Semua hernia sekarang telah kembali ke tempatnya, namun saya melihat suatu kelainan. Cacat yang dialami oleh pasien saya yang berusia 40 tahun. Di usianya, mengangkatnya adalah pilihan terbaik.

Saya meninggalkan ruang operasi dan menjelaskan situasinya kepada istrinya, Elena. Saya berhenti sejenak dan memberi waktu kepada keluarga untuk berpikir. “Jika tidak mengangkatnya, dia bisa mendapat masalah nanti,” kataku berusaha menjelaskan kondisi suaminya.

Dengan suara bergetar, Elena mengatakan, “Saya tidak percaya ini. Hal yang sama terjadi pada ayah saya tahun lalu. Tubuhnya dipenuhi kanker. Ahli bedah keluar di tengah operasi, sama seperti yang Anda lakukan. Kami memutuskan untuk membiarkannya melanjutkan operasi. Tapi ayah saya tidak pernah turun dari meja operasi.

Rasa sakit dari pengalaman masa lalu Elena membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih terhadap situasi ini. Setelah hening selama beberapa saat, Elena berdoa, “Tuhan saya takut. Saya tahu Engkau mencintai kami dan selalu memberikan yang terbaik. Aku bisa melakukan semua hal bersama-Mu.”

Setelah selesai berdoa, Elena menatapku. “Lanjutkan operasinya. Lakukan apa yang perlu Anda lakukan.”

Saya berterimakasih pada Elenda lalu meninggalkan lobi dan berjalan kembali ke ruang operasi dengan keadaan masih terkejut dengan doanya yang sangat singkat.

Saya mengangkat ‘kelainan’ dari tubuh Bill, memperbaiki hernianya dan menyelesaikan operasi. Bill meninggalkan ruang operasi setelah beberapa jam tanpa komplikasi. Kemudian ahli patologi menelpon, “Kelenjar yang Anda singkirkan ini adalah seminoma. Apakah Anda tahu dia mengidap penyakit ganas atau hanya beruntung?”

Banyak pertanyaan yang muncul di benakku. Bagaimana jika keluarganya memutuskan untuk tidak mengangkatnya? Kanker itu bisa menyebar ke seluruh tubuhnya. Bagaimana jika Elena membiarkan pengalaman masa lalunya mempengaruhi keputusannya saat ini?

Renungkan sifat Tuhan

Tantangan luar biasa dapat menjadi kesempatan bagi diri kita untuk menguji kesetiaan kita pada Tuhan. Ketika kita fokus pada kasih, hikmat, dan kuasa Tuhan, seperti yang dilakukan Elena, kita bisa melihat pandangan baru tentang keadaan kita.

Kasih Tuhan mengajarkan kita. Dia melihat tantangan kita sebagai kemungkinan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang Dia. Ketika hal-hal buruk terjadi, kita merasa Tuhan sedang melakukan sesuatu kepada kita. Kita tidak mengerti mengapa Tuhan yang pengasih membiarkan kita menderita dan mengalami kehilangan. Tapi sebaliknya, Tuhan melakukan sesuatu ‘untuk’ kita, bukan ‘kepada’ kita.

Dalam kasih, Dia mengerjakan segala sesuatu untuk kebaikan kita, membantu kita bertumbuh dalam iman, karakter, dan kedewasaan. Pengerjaan Allah yang penuh kasih terhadap kita, membawa-Nya ke kayu Salib. Bagaimana kita dapat meragukan motif-Nya ketika kita menderita?

Tuhan lebih dari mencintai, Dia memiliki semua kebijaksanaan. Bapa kita tahu yang terbaik. Dia bisa melihat bagaimana keadaan kita di masa depan. Dia mengerti apa yang kita butuhkan dan bagaimana mengerjakan setiap detail untuk memberikan hasil terbaik. Ketika kita menghadapi kesulitan, kita harus mengingatkan diri sendiri bahwa Tuhan tahu segalanya. Jika kita menyerah, Dia akan mengerjakan setiap tantangan untuk tujuan-Nya.

“Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir.” – Ibrani 6:19\

source: jawaban.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *