“Piring Keramik Atau Piring Kertas?” Roma 12:9-10

Renungan Harian, Jumat 24 Juni 2016

"Piring Keramik Atau Piring Kertas?" Roma 12:9-10

Dalam beberapa kesempatan istimewa, saya menggunakan piring keramik China saya yang indah untuk menghidangkan makan malam bagi keluarga dan sahabat-sahabat saya. Piring keramik itu memiliki motif Lenox dengan latar belang berwarna putih kekuningan dan pinggiran garis hitam dan warna emas pada ujungnya, membuatnya terlihat indah. Karena ujungnya yang berwarna keemasan, saya mencucinya dengan tangan dan mengeringkannya dengan hati-hati sehingga tidak merusak ujung berwarna emas tersebut. Keramik China tersebut sangat istimewa buat saya; karena itu, saya memakainya dengan sangat hati-hati.

Makan malam biasa dengan teman dan keluarga bukanlah waktu yang tepat untuk menggunakan piring-piring keramik itu. Faktanya, saya sering menggunakan piring kertas sebagai tempat hamburger  atau hot dog. Meskipun piring kertas sangat tipis dan membutuhkan upaya untuk bisa menampung burger dengan daging yang tebal, piring-piring itu murah dan setelah dipakai langsung dibuang dan tidak perlu kuatir jika Anda membutuhkan dua atau tiga piring kertas dalam sekali makan. Ketika selesai, piring kertas tersebut tidak perlu dicuci, atau dibersihkan sedikitpun, karena langsung dibuang ke tempat sampah dan kita tidak perlu pikir panjang melakukannya.

Hal ini membuat kita berpikir tentang bagaimana Anda dan saya memperlakukan orang-orang yang hadir dalam kehidupan kita. Apakah kita memperlakukan mereka seperti saya memperlakukan piring keramik yang istimewa itu, atau seperti piring kertas?

Saya mengingat kembali masa-masa menyakitkan bukti bahwa saya memperlakukan orang lain seperti piring kertas itu, menganggap mereka murah, tak berharga dan membuang mereka. Di tahun 1990an saya bekerja di Emory University School of Medicine di Atlanta. Pekerjaan saya sebagai koordinator riset mengharuskan saya mengunjungi pasien yang menjadi bagian dari penelitian di klinik, selain itu juga berinteraksi dengan staf laboratorium di bagian dasar universitas. Suatu hari saat saya berbicara seorang dengan gelar PhD di lab, dia menatap saya dan berkata, "Saya tidak tahu apa yang membuatmu merasa lebih baik dari kami yang ada di lab, tetapi kamu tidak demikian! Kamu tidak perlu memperlakukan kami seperti warga kelas dua."

Pada awalnya saya marah. Beraninya dia menuduh saya sebagai seorang yang sombong? Kemudian kemarahan saya berubah menjadi rasa tawar hati dan terluka. Saya tidak pernah terpikir bahwa seperti itu. Personel di lab merasa saya memperlakukan mereka seperti piring kertas. Itu adalah peristiwa mencelikkan bagi saya. Apapun yang saya rasakan, persepsi mereka yang berada di sekitar saya sangat penting dalam kasus ini. Tindakan saya menyatakan kepada staf lab bahwa saya berpikir saya lebih baik dari mereka dan bahwa mereka tidak penting. Saya kemudian meminta maaf dan berjanji akan lebih peka dengan tindakan saya.

Siapa saja yang berada dalam pengaruh Anda yang merasa Anda memperlakukan mereka seperti piring kertas? Siapakah yang Anda lewati setiap hari yang merasa hatinya seperti piring kertas? Mungkin itu remaja yang merasa tidak pernah bisa melakukan sesuatu dengan benar? Bagaimana dengan mereka yang diusia 20an tahun yang biasanya dihakimi oleh orang Kristen? Mungkin itu pria dan wanita yang telah menjalani hidupnya di penjara atas kejahatan mereka tetapi telah bebas dan ingin memulai hidup mereka dari awal lagi? Apakah pasangan hidup Anda merasa hidupnya seperti piring kertas di rumah?

Dalam Yohanes 13:34-35, Yesus berkata dengan jelas bahwa dunia akan tahu bahwa kita milik-Nya melalui kasih yang kita hidupi.

"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Tidak perduli dimanapun Dia berada, Yesus tidak pernah memperlakukan siapapun seperti piring kertas. Saya harap Anda akan bersama saya agar Tuhan menunjukkan kepada kita siapa saja yang merasa telah kita perlakukan seperti piring kertas. Jika kita sudah menemukannya, mari meminta maaf dan perlakukan mereka dengan penuh kasih dan belas kasihan dari Yesus.

Setiap orang adalah pribadi yang berharga yang harus kita perlakukan dengan penuh hormat dan kita kasihi dengan kasih yang tulus.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *