“Berserahlah” Pengkhotbah 3:1

Renungan Harian, Rabu 3 Agustus 2016
“Berserahlah” Pengkhotbah 3:1
 
Mempertahankan kesehatan sangat sulit akhir-akhir ini. Kesehatan saya sendiri telah berkurang. Selain itu ayah mertua saya yang berumur 91 tahun menjadi perhatian utama saya dan suami setelah beliau jatuh dari tangga sebulan yang lalu.
Beberapa tulangnya memang tidak patah, tetapi sebagian tulang belakangnya dalam tahapan pemulihan dari rumah sakit dan berada dip anti jompo karena kejadian tersebut. Saya dan suami berbagi jadwal dalam merawatnya. Di tengah-tengah cobaan itu, saya bertanya dalam hati, “Tuhan cara apa yang terbaik untuk merawatnya? Apa yang Kau kehendaki dari kami? Apakah kita perlu membawanya pulang?”. Keputusan yang mustahil karena masa depannya terlalu riskan. semua pilihan pasti ada kesulitan, dan kita tidak tahu apa yang terjadi di hari esok.
Kadang, rasanya kita seperti diminta untuk menandatangi cek kosong kepada hal yang belum pasti, baik dalam kebutuhan sehari-hari dan tiap bulannya atau pertahun dari perawatan tersebut. Sangat menakutkan. Saya tahu Tuhan selalu setia. Dia selalu bersama saya, Dia berjanji tidak akan memberikan kesusahan yang tidak bisa saya tangani. Anugerah-Nya sangat mencukupi dan saya tahu janji-janji-Nya nyata. Tapi terkadang sulit untuk berserah dan menempatkan semuanya bahkan Anda tahu bahwa itu adalah apa yang diminta dari Anda oleh Tuhan.
Allah sangat murah hati. Dia tidak akan meninggalkan kita sendirian di tengah-tengah perjuangan ini. Dalam keadaan seperti ini Pengkhotbah 3:11 menjadi kekuatan saya bahkan dalam pelayanan, disebutkan, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahka Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” Saya mempercayai Tuhan bekerja dalam kehidupan saya. Tuhan membuat segala sesuatunya indah dengan waktu-Nya. Tetapi saya hanya belum melihatnya.
Saya suka kesaksian kehidupan Yusuf dan Yesus. Tuhan kita tahu bagaimana menggunakan kesulitan dan penderitaan bahkan ketidakadilan dan kekejaman, sebagai Tujuan-Nya dan Kemuliaan-Nya. Kesulitan saya bukanlah apa-apa. Kesulitan saya adalah keinginan saya untuk mengendalikan hari-hari saya. Saya harus berserah kepada-Nya. Ini semua tentang berserah dan untuk melihat kebaikan Tuhan dalam membuat kehidupan saya lebih indah lagi.
Kemudian, beberapa hari lalu saya dan suami membawa ayah mertua saya pulang dan akan merawatnya sendiri. Kami berterimakasih atas tekadnya untuk bertahan hidup dan merawat dirinya sendiri dengan sebaik mungkin. Sekarang, kami dalam proses menemukan kebiasaan yang baru. Tetapi saya tahu bahwa akhirnya akan indah pada waktu-Nya. (Source : www. jawaban.com)
Selamat beraktifitas, tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *