Pandemi Covid-19 telah berlangsung beberapa waktu lamanya, dan untuk kota-kota tertentu di Indonesia sudah lebih dari dua bulan kita menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sedangkan dibanyak negara lain menerapkan sistem lockdown yang membuat kita melakukan aktivitas dari rumah, baik itu belajar, bekerja bahkan beribadah.
Tanpa kita sadari, pandemi yang kita alami ini tidak kebetulan terjadi di Tahun Dimensi Yang Baru, sebab sebagaimana dialami secara pribadi, pelaksanaan PSBB ini sungguh melatih dan membawa kita pada dimensi yang baru, paling tidak ada 3 aspek yang mengalami dimensi yang baru dalam kehidupan:
1. Dimensi Kerohanian yang Baru
Kerohanian kita bertumbuh sebagaimana halnya jasmani kita bertumbuh. Dalam 1 Yohanes 2:12-14, Rasul Yohanes dengan inspirasi Roh Kudus menyampaikan tiga tingkatan kerohanian, yakni: anak-anak, anak muda dan bapa-bapa dengan sifat dan karakteristik masing-masing, sampai kita me capai kedewasaan penuh.
"sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,...tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." (Efesus 4:13-15)
Tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada jemaat yang selama ini menggantungkan pertumbuhan rohaninya kepada gereja, maksudnya hanya berdoa, memuji dan menyembah Tuhan di gereja, hanya membaca alkitab saat ibadah di gereja dan mendengarkan khotbah, diibaratkan seumpama bayi atau anak-anak yang hanya makan jika disuapi oleh orang tuanya. Tidak ada kesadaran dan kemandirian untuk memenuhi kebutuhan akan makan, terlalu asyik bermain sehingga mengabaikan rasa lapar. Demikianlah keadaan jemaat yang selama ini hanya menerima 'makanan rohani' saat di gereja saja tanpa ada kesadaran dan kemandirian untuk memenuhi kebutuhan makan makanan rohani. Mereka terlalu asyik dengan kesibukan dan karier sehingga mengabaikan rasa lapar secara rohani.
Dengan adanya penerapan PSBB jemaat "dipaksa" untuk memiliki kesadaran dan kemandirian untuk memenuhi kebutuhan rohaninya, apakah dengan setia mengikuti ibadah on line, membaca alkitab secara mandiri, tetap memelihara gaya hidup doa, pujian dan penyembahan, membangun mezbah keluarga?
Mereka yang memiliki kesadaran dan kemandirian akan memiliki dimensi kerohanian yang baru, dimana mereka akan bertumbuh secara rohani ke tingkatan yang berikutnya, namun yang tidak pasti mengalami stagnasi kerohanian.
2. Dimensi Doa yang Baru
Sepanjang masa PSBB ini adalah masa wake up call, dimana kita disadarkan akan panggilan kita sebagai pensyafaat bagi bangsa kita serta bagi bangsa-bangsa. Tuhan membawa kita masuk dalam masa puasa yang panjang, yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, dimana dalam masa puasa ini kita berdoa, bukan hanya untuk pribadi, keluarga, usaha dan pekerjaan kita sendiri saja, melainkan berdoa untuk Indonesia, berdoa untuk generasi Yeremia, berdoa untuk kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, berdoa untuk penuntasan Amanat Agung, berdoa untuk organisasi yang TUHAN pakai untuk menyebarkan 'api' Pentakosta Ketiga, sebagaimana yang dinyatakan dalam 1 Timotius 2:1-3, "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita,"
3. Dimensi Memberi yang Baru
Tidak dapat dipungkiri pandemi Covid-19 telah membawa dampak secara ekonomi. Banyak usaha yang tutup sementara, beberapa sektor bisnis tidak dapat berjalan, tidak sedikit para pekerja yang dirumahkan bahkan kehilangan pekerjaan sehingga mereka tidak lagi memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Mereka tentu memerlukan bantuan kita. Sejak beberapa waktu belakangan ini Gembala Sidang/Pembina terus mengajak kita untuk menabur, memberi bagi mereka yang terdampak secara ekonomi.
Mungkin sebagian jemaat berpikir, "Saya juga terdampak secara ekonomi, apa saya juga harus menabur?" atau "Bagaimana saya menabur, usaha saya saja tidak berjalan selama pandemi, kalau kaya waktu lalu mungkin bisa, tapi sekarang?". Dengan kita menabur dan memberi di masa seperti ini, bahkan disaat kita juga memerlukan, kita sedang masuk dimensi baru dalam hal memberi, sebagaimana diberikan teladan oleh jemaat di Makedonia.
2 Korintus 8:1-4
"Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus."
Pandemi Covid-19 tidak dapat menghalangi Kita masuk dalam dimensi yang baru! Amin.
