Lukas 2: 11 “ Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.....”
Bulan Desember ini, tentu saja kita sudah dapat melihat dan merasakan kemeriahan dan euforia dalam menyambut Natal mulai terasa di mana-mana. Suasana dan lagu-lagu Natal pun sudah banyak kita dengar, moment Natal di tahun-tahun sebelumnya juga terngiang dalam benak kita, belum lagi jika ada di antara kita yang juga sudah sibuk dalam mempersiapkan ibadah online atau offline di Gereja kita. Walau masih dalam masa pandemik COVId-19, yang tak satupun dari kita tahu kapan ini berakhir, akan tetapi tidak memengaruhi dan mengurangi rasa sukacita kita menyambut hari kelahiran Juruslamat.
Mungkin ada juga di antara kita yang sudah mulai sibuk dalam persiapan Natal bersama keluarga di rumah, seperti memasang pohon Natal, membeli pakaian baru untuk Natal, menghias rumah dengan lampu Natal yang gemerlap, memesan kue-kue Natal, menyiapkan kado-kado Natal yang akan diberikan kepada orang-orang terdekat, serta menghubungi keluarga untuk dikunjungi nanti.
Sebenarnya, bukanlah sesuatu hal yang salah jika moment Natal disambut dengan sangat meriah, bersemangat penuh dengan sukacita. Namun, sadarkah kita bahwa sesungguhnya, peristiwa menjelang kelahiran Yesus di masa lampau tidaklah penuh dengan gemerlap sukacita dan kemeriahan yang kita rasakan pada saat ini? Yesus dilahirkan pada suatu keadaan yang sederhana. Situasi yang sangat bertolak belakang dengan kemeriahan, kemegahan, dan kemewahan Natal yang banyak diperlihatkan oleh orang orang Kristen pada masa kini.
Jadi yang terpenting adalah jangan sampai kita melupakan makna Natal sesungguhnya, yaitu “Kasih” yang luar biasa yang hendak Yesus nyatakan kepada kita. Kristus rela merendahkan diri sedemikian rupa, lahir dengan kesederhanaan dalam situasi tidak menegnakkan di kandang domba, demi menyatakan kasih-Nya kepada umat manusia.
Maka dari itu, mari kita renungkan sungguh-sungguh makna, apakah kasih Kristus telah dapat kita cerminkan dalam kehidupan kita sehari-hari? Apakah dalam perayaan Natal, hati dan pikiran kita sudah terpusat pada pribadi Yesus atau terpusat pada pesta pora dan hadiah-hadiah saja? Apakah melalui peristiwa Natal, kita dapat mengalami perubahan yang semakin signifikan, menjadi semakin serupa dengan pribadi Kristus yang penuh kasih ?