The Man of Sorrows

Seringkali orang menyamakan Jumat Agung dengan Paskah. Tetapi saya mau katakan bahwa Ibadah Jumat Agung pada hari Jumat dan Paskah pada hari Minggu, keduanya adalah berbeda. Pada Jumat Agung kita mengingat-ingat kembali penderitaan-Nya untuk kita dan untuk kehidupan kita.

Penderitaan Yesus dimulai waktu ditangkap di taman Getsemani untuk dihadapkan pada Pontius Pilatus untuk diadili. Pontius Pilatus tidak menemukan kesalahannya, dan orang-orang Yahudi meminta Pilatus untuk menyalibkannya. Kemudian Pilatus menyerahkan Yesus kepada para tentara Romawi. Jubah-Nya diganti dengan jubah ungu, dan diberikan mahkota duri. Dia mulai dicambuk, disiksa luar biasa. Berdasarkan penelitian, ada banyak cambukan di punggung dan di dadanya. Cambuk yang digunakan adalah cambuk yang khusus, diujung-ujungnya ada bola-bola besi, sehingga tiap kali terhujam, maka ketika ditarik kembali akan ada daging yang tercabik. Sungguh kesakitan yang luar biasa. Dia juga diludahi dan dicaci maki. Penderitaan yang dahsyat bagi Yesus. Darah tercurah baik dari kepala, punggung, dan dada-Nya.

Bukan cuma itu, penderitaan-Nya berlanjut karena Dia kemudian harus mengangkat kayu salib yang sangat berat ke Bukit Tengkorak (Golgota) melalui jalan yang sekarang dikenal sebagai Via Dolorosa. Dalam perjalanan, Dia jatuh beberapa kali sebelum akhirnya tiba di Bukit Tengkorak. Di sana dimulailah penderitaan yang lebih dahsyat lagi. Dia dibaringkan di atas kayu salib, dan orang Romawai menghujamkan paku yang besar dan tajam ke tangan dan kaki-Nya. Paku ini ditancapkan di rongga-rongga Destot yang ada syaraf-syaraf motorik sehingga menyebabkan kesakitan yang luar biasa.

Setelah dipaku, didirikanlah salib Yesus dan kedua tangannya yang terentang dipaku harus terguncang-guncang menahan beban tubuhnya akibat salib itu dihujamkan berkali-berkali ke tanah supaya berdiri tegak. Saya tidak dapat membayangkan seberapa sakitnya Tuhan Yesus saat itu. Mulai tengah hari, langit menjadi begitu gelap dan menjelang pukul tiga sore, maka Tuhan Yesus berseru kepada Bapa di Sorga, "Eli, Eli, lama sabakhtani?", yang artinya Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Saat itu Yesus ditinggalkan oleh Bapa di Sorga, Bapa memalingkan wajah-Nya dari Yesus, yang begitu buruk rupanya, karena saat itu Dia sedang menanggung dosa seluruh dunia, dosa Saudara dan saya. Setelah itu, Tuhan Yesus haus dan diberikan anggur asam. Setelah minum, Dia berkata, "Sudah selesai." dan menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa di Sorga. Dia mati untuk Saudara dan saya.

Mari kita renungkan dan berdoa bagaimana Dia mengasihi kita.

Kami bersyukur, Tuhan, untuk segala yang sudah Engkau kerjakan dalam kehidupan kami. Tidak hentinya kami ucapkan syukur. Ampuni, Tuhan, kalau kami tidak pernah mengingat penderitaan yang Engkau alami untuk kami semua. Ampuni kami, Tuhan, kami sering melupakan, sering tidak peduli. Ampuni kami Tuhan. Kami mau untuk lebih lagi sungguh-sungguh di hadapan Engkau. Biar pengorbanan-Mu tidak sia-sia di dalam kehidupan kami, Engkau sudah menebus dengan darah yang mahal. Dengan apakah kami boleh membalas? Biar kami membalas dengan hidup kami, roh, jiwa, dan tubuh kami yang kami persembahkan tidak bercacat cela sampai kau datang menjemput kami. Terima kasih, Tuhan, Kau sudah mati menggantikan kami orang-orang yang berdosa, karena upah dari dosa adalah maut, mati. Tapi kami bersyukur, Engkau menggantikan kami. Terima kasih Bapa, di dalam Nama Tuhan Yesus, Amin.

The Man of Sorrows

Yesaya 53:3, Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.

Kita ada di dalam Jumat Agung di mana kita boleh memperingati akan penderitaan Yesus 2000 tahun yang lalu. Kalau kita baca ayat-ayat ini, kita mengerti, the man of sorrows, manusia yang begitu buruk rupanya, seseorang yang penuh dengan kesengsaraan. Dari beberapa ayat yang kita baca tadi, ada beberapa makna penting bagi kita terutama sebagai pelaku-pelaku firman Tuhan.

Via Dolorosa

Setiap kali pergi ke Israel, Yerusalem, kami tidak pernah melewatkan untuk melalui jalan Via Dolorosa (Jalan Kesengsaraan atau Jalan Penderitaan). Ada orang berpikir bahwa Via Dolorosa adalah jalan yang mulus dan enak dilalui, tapi ternyata jalan itu kondisinya mendaki, menurun, begitu sempit dan ramai. Jalan yang ada saat ini kurang lebih sama seperti 2000 tahun yang lalu, di mana Tuhan Yesus waktu itu dengan darah terkucur, memanggul salib menuju Golgota. Di tengah perjalanan itu beberapa kali Dia jatuh. Saya membayangkan dulu begitu banyak orang yang menonton Dia. Orang-orang pasti mengejek Dia dan mempermalukan Dia. Tuhan Yesus pikul salib itu dengan tertatih-tatih dan akhirnya sampai di Bukit Golgota.

Hari ini kita diajak untuk mengingat penderitaan Yesus. Banyak orang Kristen tidak ingat jalan penderitaan, justru yang diingat adalah Via De La Rosa atau Jalan Taman Bunga.

Kita harus ingat Via Dolorosa, yaitu Jalan Penderitaan. Kita harus ingat bahwa kadang-kadang Tuhan izinkan kita ke lembah yang dalam. Dalam segala masalah-masalah hari-hari ini, ingat, Tuhan Yesus tetap ada bersama-sama dengan kita.

Ini perlu Saudara ingat senantiasa, kita sudah terbiasa hanya mengingat berkat-berkat saja. Begitu Tuhan izinkan mengalami masalah, lalu orang-orang banyak justru menuduh kita yang tidak baik. Tapi itulah perjalanan orang-orang percaya, sebagaimana Yesus alami. Kalau Yesus sudah alami penderitaan yang luar biasa, Dia juga tahu dan mengerti penderitaan yang Saudara alami. Dengan bilur-bilur-Nya Dia sudah memberikan kita keselamatan.

Mazmur 90:10, sebuah Mazmur yang ditulis oleh Musa, Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.

Kita seringkali bangga dengan kekayaan, kecantikan, postur, titel kita, dan lain-lain. Tapi ini aneh, kalau kita baca apa yang ditulis Pemazmur ini, justru dia bangga akan kesukaran dan penderitaan.

Dalam Perjanjian Lama, ada seorang yang bernama Yakub, yang kemudian berubah menjadi Israel. Yakub adalah orang yang penuh dengan masalah dan penderitaan. Ke mana pun dia pergi, dia selalu bawa tongkat untuk bersandar. Waktu lihat tongkatnya, orang akan heran karena ada begitu banyak goresan-goresan. Tongkat ini adalah tongkat yang biasa dibawa orang-orang Yahudi pada zaman dulu. Setiap kali Yakub mengalami masalah, dia ambil pisau dan menggores di tongkat itu. Makin besar masalahnya, makin besar dan dalam juga goresan di tongkat itu. Tongkat Yakub penuh dengan goresan, menunjukkan perjalanannya penuh masalah dan penderitaan yang begitu dalam.

Apakah Saudara yang bersyukur dengan segala hal yang boleh diizinkan Tuhan terjadi dalam kehidupan Saudara?

Yakub bangga dengan tongkat ini, di mana begitu banyak goresan-goresan. Tongkat ini diberi nama Stigmata. Waktu dia sudah berusia lanjut, matanya sudah kabur dan tidak bisa melihat lagi (Kejadian 48:10). Pada saat akan memberkati anak-anak Yusuf, Manasye dan Efraim, oleh Yusuf, ditempatkan sedemikian rupa supaya tangan kanan Yakub akan memberkati di atas Manasye yang sulung dan tangan kiri Yakub akan memberkati kepala Efraim. Tapi biarpun buta, Yakub adalah orang yang memiliki mata rohani yang kuat. Dia tahu posisi tangannya tidak pas. Dia menyilangkan tangannya, sehingga tangan kanannya justru diletakkan di atas Efraim yang bungsu dan tangan kirinya memberkati Manasye yang sulung.

Yusuf protes karena seharusnya Yakub memberkati Manasye dengan tangan kanan sebagai anak sulung. Tapi Yakub berkata, "Aku tahu, anakku, aku tahu apa yang aku harus lakukan," dan Yakub tetap menyilangkan tangannya, tangan kanan di atas Eftraim, dan tangan kiri di atas Manasye. Mata rohaninya tetap kuat.

Walau ada tantangan-tantangan, kita tahu, Tuhan justru membentuk kita agar kita memiliki iman yang teguh, pengharapan yang tidak pernah putus.

Ada sebuah kata ajaib yang menjadi kekuatan bagi orang-orang percaya, waktu mengalami tantangan, sakit penyakit, tantangan yang luar biasa: mengucap syukur! 1 Tesalonika 5:18, Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Pada waktu Tuhan Yesus mengalami penderitaan yang dahsyat, Dia hanya diam. Saudara, apa pun yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup Saudara, apa yang harus kita lakukan? Mengucap syukur!

Hamba-hamba Tuhan yang dipakai luar biasa, banyak yang pada mulanya mengalami penderitaan-penderitaan.

  • Seorang pendiri Vineyard Church di Kanada, John Wimber, pada mulanya bertobat karena dia menyaksikan sendiri bagaimana gembala sidangnya dapat mengucap syukur dalam penderitaan. Anak perempuan gembala sidangnya yang masih berumur belasan tahun mati diberondong senjata api membabi buta, mati sia-sia. Tapi gembala sidangnya itu, ketika berdoa di depan jenazah anaknya, di hadapan Tuhan, justru berkata, "Tuhan, aku tidak mengerti apa yang terjadi, tapi aku tetap tahu aku tetap punya Allah yang sungguh sangat baik." Dia masih bisa mengatakan itu padahal kejadian itu sangat menyedihkan dia. Dia tetap bisa mengangkat tangan dan berkata Allah tetap sungguh baik.

John Wimber bertobat menyaksikan itu dan menjadi hamba Tuhan yang dipakai luar biasa. Justru saat kita mengalami kesusahan, kita harus tetap bisa mengatakan Tuhan Engkau Allah yang baik. Saudara mungkin rugi, dibohongi, mengalami kebangkrutan. Apa pun yang terjadi dalam hidup Saudara, mari kita tetap berkata Tuhan baik.

  • Seorang hamba Tuhan Jerry Sitter, pada suatu ketika mengalami kehilangan yang begitu dahsyat. Sekaligus tiga anggota keluarganya: anak, istri, dan mamanya meninggal seketika ditabrak oleh orang pemabuk. Tapi dia tetap bisa berkata, Tuhan adalah Allah yang baik.

Ini adalah contoh kesaksian orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Apa pun yang terjadi, di dalam hidupku
Tetap kuberkata, Tuhan Yesus baik
Dalam segala hal yang terjadi
Selalu kuberkata, Tuhan Yesus baik.

Beberapa waktu yang lalu, saya menyaksikan dalam sebuah acara di televisi, ada seorang penyiar terkenal yang menderita penyakit multiple sclerosis. Ada sesuatu yang menarik dalam acara ini. Dalam wawancara itu, dia tidak bisa bergerak. Saya mendapatkan nilai-nilai dalam acara ini. Orang ini mengalami suatu penyakit yang rasionya begitu jarang. Sekujur badan dari pinggang ke bawah mengalami sakit begitu luar biasa. Dia menggambarkan sakitnya penyakit itu, seperti jari dipukul dengan sebuah martil. Begitu hebat sakitnya. Dia sakit sudah 4-5 tahun, tapi dalam wawancara itu, dia seperti bukan orang sakit, malah dia masih bisa bercanda. Dalam acara itu juga, teman-temannya bersaksi, walaupun penyiar ini sakitnya begitu dahsyat, dia masih punya pengharapan, dia berkata, sekali waktu saya pasti bisa jalan lagi. Kata-katanya itu begitu membangun, padahal dia bukan orang percaya. Walau hanya tangannya bisa bergerak, tapi dia tetap bisa bersukacita dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Saudara, bukankah orang-orang percaya harus lebih dari itu? Bukankah kita harus lebih dari itu? Karena di dalam kita ada Yesus Kristus yang sudah menderita lebih dari itu dan mati untuk kita? Jangan gantikan Via Dolorosa dengan Via De La Rosa! Hidup ini kadang naik dan turun, tapi ingat, ada di tengah lembah kekelaman sekalipun, gada dan tongkat Yesus Kristus ada bersama kita.

The Last Supper

Lukas 22:24, Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.

Sebelum Yesus masuk ke taman Getsemani, Dia mengajak murid-murid-Nya makan malam terakhir. Terjadi perbincangan di antara murid-murid-Nya, bertengkar menonjolkan diri siapa yang akan menjadi yang terbesar di antara mereka. Coba renungkan, saat itu sebentar lagi Yesus akan ditangkap di Getsemani, sebentar lagi Dia akan menderita dan mati di atas kayu salib. Tapi murid-murid-Nya malah bertengkar untuk hal-hal yang fana, yang jasmani.

Saya tidak dapat membayangkan kesedihan hati Tuhan Yesus. Ini menjadi peringatan bagi kita sebagai murid-murid Tuhan Yesus hari-hari ini. Jangan sampai ketika Dia sebentar lagi datang menjemput, kita justru sedang bertengkar untuk hal-hal seperti ini, hal-hal yang fana, jasmani, tak berguna, duniawi. Jangan!

Yakobus 4:1-3, Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.

Menjadi perenungan bagi kita satu sama lain, kalau ada yang bertengkar, ayo bereskan, ayo kita selesaikan! Sebentar lagi Dia datang, jangan membuat hati Tuhan Yesus sedih. Gereja Tuhan, biar hari-hari ini Saudara menjadi pembawa damai di mana pun Saudara berada, dan menjadi berkat bagi banyak orang, memberkati banyak orang.

Tetelestai

Yohanes 19:30, Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Waktu menyerahkan nyawa-Nya, Yesus mengatakan kata yang keenam: "Sudah selesai." Yang dalam bahasa asli Yunaninya adalah "τετέλεσται" (tetelestai).

Yesus berkata tetelestai, artinya Dia sudah menyelesaikan seluruh nubuatan dalam Perjanjian Lama. Apa pun masalah kita hari-hari ini, sakit-penyakit kita, Dia sudah selesaikan dan sembuhkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Semuanya sudah Dia bayar lunas.

Paulus menggambarkan kita seperti punya hutang piutang. Tuhan Yesus sudah menebus dan membayar lunas dengan berkata "Sudah selesai", Dia sudah ambil hidup kita dari tangan iblis, dari lumpur dosa, dan kita dijadikan anak-anak Allah. Kita bersyukur kalau kita boleh ditempatkan sebagai anak-anak Allah. Masalah sakit penyakit Saudara sudah ditanggung di atas kayu salib, Saudara diberkati oleh Tuhan.

Kita bersyukur, Dia sudah menyelesaikan untuk kita.

Penutup

Dengan hati bersyukur pada Allah yang Kudus
Syukur karena diberikan anak-Nya, Yesus

Kini yang lemah dikuatkan,
Yang miskin diperkaya
Kar'na perbuatan-Nya pada kita
Syukur...

Kami bersyukur Tuhan, terima kasih Tuhan Engkau mengingatkan kami terus akan penderitaan yang Kau alami, ada jalan penderitaan yang sudah Engkau lakukan bagi kami. Kami bersyukur Tuhan untuk itu. Terima kasih Tuhan biar kami boleh mengerti, kalau kau izinkan ada masalah demi masalah, sakit penyakit dalam kehidupan kami, Tuhan. Kami tahu ada kata ajaib dari mulut kami, kami bersyukur untuk segala yang boleh kami alami.

Hanya satu kata yang keluar dari kami Tuhan menghadapi semua masalah kami, Engkau adalah Allah yang baik. Terima kasih untuk kata ajaib yang Kau berikan untuk kami. Mengucap syukurlah dalam segala perkara karena itulah yang dikehendaki oleh Allah di Sorga.

Ampuni kami kalau hari-hari ini kami bukannya menjadi berkat, tapi malah bertengkar dan selalu menjadi masalah. Ampuni kami Tuhan, dalam keluarga kami, dalam komunitas kami, dalam pekerjaan kami, ampuni kami Tuhan. Kami mau mengubah hidup kami, menjadi berkat untuk banyak orang, menjadi kesaksian untuk banyak orang.

Terima kasih Tuhan, Kau sudah selesaikan segalanya untuk kami, sakit penyakit kami sudah Kausembuhkan. Terima kasih untuk terobosan yang boleh terjadi, untuk pemulihan dan kelimpahan yang Kau berikan. Kami terima segala kesembuhan, berkat-berkat kami terima dalam nama Yesus, karena sudah Kauberikan untuk kami 2000 tahun yang lalu.

Terima kasih Tuhan, biar Engkau meteraikan melalui perjamuan kudus apa yang sudah kami terima dalam firman-Mu pada hari ini. Amin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *