Pelajaran Penting Dari Petani Saat Hadapi Masa Sulit

Roma 5:4

….dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

Pernahkah Anda merasa tidak berdaya? Seolah Anda tak punya pilihan dan kekuatan?

Saya pernah mengalami hal itu. Baru-baru ini setelah 14 tahun menjadi seorang ibu, kami memutuskan untuk pindah dan memulai karir baru.

Saya dan suami saya pindah dari Florida yang terletak di kaki bukit Carolina Utara yang cerah, memulai pertanian tembakau tua seluas 66 hektar sebagai bagian dari warisan untuk suami saya Tom.

Ya, dengarkan saya baik-baik. Apakah kami tahu cara bertani? Tidak. Kami bahkan tidak bisa membedakan tanaman labu dengan bunga matahari. Apakah kami antusias? Ya. Saat kami pertama kali berada di perkebunan itu, kami bangun pagi-pagi, merencanakan apa yang harus kami lakukan seperti ahli pertanian pada umumnya dan tertawa seperti anak-anak.

Apakah kami gagal? Ya.

Saya tidak melihat usaha kami berhasil.

Lalu suatu kali, saya menyekop kotoran dari kandang ayam di tengah panas terik di bulan Agustus. Setelah sekitar dua jam, saya berteriak kepada Tuhan. “Tuhan kenapa saya melakukan hal ini? Saya pernah mengerjakan hal penting!”

Saya berpikir kalau saya terlalu penting menjadi sosok yang hanya bekerja menyekop kotoran saja.

Setelah beberapa tahun berikutnya, sisi lemah saya memaksa saya untuk berlutut di bawah kaki Tuhan selama beberapa kali dalam sehari dan menyanyikan lagu ‘I need You’.

Ya. Saya melakukannya.

Saya melakukan hal itu.

Ini bukan tentang menyanyikan lagu pujian atau menyembah Tuhan saja. Tetapi ini soal teriakan saya yang begitu putus asa.

Saat saya menoleh ke belakang, Anda tahu apa yang saya temukan? Itu adalah masa-masa yang sangat sulit. Tetapi waktu itu pula yang menjadi bagian penting dalam hidup saya. Karena ternyata Tuhan memakai waktu sulit, terasing dan lemah itu untuk menarik saya lebih dekat kepada Dia.

Masa-masa sulit ini membuat daya tahan saya semakin kuat. Saya semakin tergantung dengan Tuhan dan semakin rendah hati.

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5)

Jadi saya belajar bahwa Kita tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri. Kita tidak bisa bergantung kepada kemampuan kita sendiri.

Di sebagian negara, menjadi pribadi yang mandiri dan bisa diandalkan, akan mendapatkan pujian. Tetapi Tuhan memiliki penilaian yang berbeda. 

Tuhan, dengan belas kasihan-Nya, membawa saya melewati masa ketika tak ada lagi tempat untuk berharap kecuali kepada Tuhan.

Saya berpikir saya akan terbiasa dengan situasi tersebut karena saya suka belajar. 

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda masih mengandalkan diri Anda sendiri?

Tuhan sendiri meminta kita untuk mengerahkan seluruh perhatian kita kepada Dia. Karena Dia baik. Karena Dia sudah menyiapkan sesuatu yang kekal bagi kita, itu tidak ditentukan dari hitung-hitungan kita secara ekonomi. 

Jadi, hari ini mari belajar untuk kembali fokus kepada Tuhan. Bahkan ketika kita menghadapi masa-masa sulit saat ini, percayalah bahwa hal itu berguna untuk melatih ketahanan kita. Kita hanya perlu bergantung penuh kepada Tuhan dan mengakui segala kelemahan kita di hadapan-Nya.

source: jawaban.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *