Setelah beberapa bulan Pandemi Covid-19 melanda yang memaksa kita melakukan social distancing dengan adanya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia dan Lockdown di negara-negara lainnya, sekarang ini sambil menantikan vaksin yang terus sedang diupayakan dan belum dapat dipastikan kapan akan ditemukan pemerintah menerapkan sebuah kebijakan Hidup bersama Virus Covid-19 (Corona) agar roda perekonomian dan kehidupan sehari-hari dapat berjalan, sektor usaha kembali aktif, masyarakat kembali beraktifitas sebagaimana biasanya, sekalipun tidak bisa lagi seperti dahulu. Itulah sebabnya ada istilah yanh disebut sebagai New Normal. Dulu sekalipun sedang sakit flu, orang jarang menggunakan masker, tapi kedepan ini menggunakan masker adalah hal normal baru yang sudah mulai dibiasakan. Selain penggunaan masker, cara bersosialisasi, cara pembayaran, berbelanja secara daring (online) juga termasuk didalamnya.
Ternyata, Pandemi ini bukan hanya membentuk New Normal dalam kehidupan jasmani semata, tetapi juga New Normal dalam kehidupan rohani. Apa saja yang akan menjadi New Normal dalam kehidupan rohani?
1. Kesadaran dan kemandirian dalam memenuhi 'kebutuhan rohani'.
Selama masa penerapan PSBB kita bekerja, belajar dan beribadah dari rumah. Beribadah di rumah tanpa ada 'kewajiban' datang ke gereja, membuat kita harus sadar dan mandiri untuk memenuhi kebutuhan rohani kita dengan cara tetap giat mengikuti ibadah baik ibadah raya maupun COOL secara online, membaca dan merenungkan Firman, mengadakan mezbah keluarga dan mengikuti gerakan doa, webminar rohani, talk show rohani serta berdoa, memuji dan menyembah TUHAN.
Dengan sadar dan mandiri memenuhi kebutuhan rohani, kita bertumbuh menjadi dewasa rohani dan tidak mudah disesatkan serta menjadi murtad karena rupa-rupa angin pengajaran atau penderitaan/penganiayaan, sebagaimana tertulis dalam Ibrani 5:12-13, "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil."
2. Berdoa syafaat dan bukan hanya berdoa untuk diri sendiri.
Pandemi menjadi sebuah wake up call bagi kita untuk sadar akan peran kita sebagai pensyafaat bagi semua orang, dan bukan hanya berdoa secara egois, untukku, keluargaku, pekerjaanku, usahaku.
1 Timotius 2:1-3, "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita,"
3. Lebih banyak berkumpul dalam kelompok kecil (COOL) daripada di pusat perbelanjaan.
Sekalipun PSBB telah dicabut, dan aktivitas berjalan kembali tentu untuk berkumpul di pusat-pusat perbelanjaan yang ramai pengunjung tetap harus memperhatikan protokol social distancing. Sehingga berkumpul dalam COOL bukan sekedar alternatif melainkan hal positif yang sangat bermanfaat untuk saling membangun dan bertumbuh secara rohani. Seperti halnya kehidupan jemaat mula-mula dalam Kis 2:41-47 akan menjadi New Normal buat kita.
4. Memiliki kemurahan hati untuk menabur dan memberi.
Umumnya, tidak sedikit orang yang memiliki pola pikir memberi kalau saya berkelebihan, kalau saya sudah punya banyak uang. Kalau masih sekedar pas-pasan belum bisa memberi. Uniknya selama masa PSBB dimana banyak usaha tidak bisa berjalan, banyak karyawan dirumahkan, keuangan terbatas yang dialami oleh banyak orang, kita juga digerakkan untuk memberi dan menabur bagi mereka yang membutuhkan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok. Pemberian seperti ini seperti yang dilakukan oleh jemaat Makedonia.
2 Korintus 8:1-4
"Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus."
Selepas masa PSBB ini tetaplah memiliki kemurahan hati, jadikan suka menabur dan memberi dengan sukacita sebagai bagian dari New Normal kita.