2 Raja-raja 2: 9-10, "Dan sesudah mereka sampai di seberang, berkatalah Elia kepada Elisa: ‘Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu.' Jawab Elisa: ‘Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.' Berkatalah Elia: ‘Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi.'".
Kita semua pasti tahu kisah Elia dan Elisa dalam Kitab 2 Raj.2. Elia dapat kita katakan sebagai guru, pembimbing atau mentor rohani bagi Elisa. Selama bertahun-tahun Elisa selalu mengikuti dan belajar banyak dari hidup Elia. Eliapun juga melatih dan mempersiapkan Elisa sebagai pengantinya sampai waktu ketika Elisa akan mengambil jubah kepemimpinannya.
Sama seperti Elisa yang meneladani Elia, di kehidupan pelayanan dan keseharian kita, tentunya kita punya sosok yang kita jadikan teladan rohani dalam cara berpikirnya, bagaimana ia berkata dan juga bertindak, entah itu adalah gembala kita, senior kita, atasan kita, guru atau dosen kita, orangtua kita, saudara kita, kakak rohani dipersekutuan kita atau mentor di Youth kita. Tapi pertanyaanya, sudahkah kita seperti Elisa yang mau menyerahkan hidupnya untuk belajar dan mengikuti otoritas yang ada di atasnya? Mari kita lihat lebih jauh kisah bapak dan anak rohani ini.
Bicara soal otoritas yang ada di atas kita, harusnya kita taat pada setiap yang dikatakan orang yang Tuhan tempatkan menjadi pemimpin kita, tetapi dalam 2 Raj.2:4 dst , kita tahu bahwa Elisa menolak permintaan Elia untuk tidak mengikutinya lagi. Elisa bukan tidak taat pada apa yang mentor rohaninya katakan, tetapi Elisa lebih memilih untuk tetap setia bersama Elia. Ia ingin terus menempel, mendampingi dan mengejar ke Elia saat mereka melakukan perjalanan. hingga Elia pergi berangkat ke sorga, sesuai dengan perintah Tuhan Allah
Pada waktu Elia di Sungai Yordan, dia berkata kepada Elisa untuk meminta apa yang akan dilakukan Elia untuknya sebelum ia terangkat. Elisa minta dua bagian dari roh Elia. Tuhan mengabulkan permintaan Elisa, dia melihat Elia terangkat. Elisa mendapat double portion atau dua bagian dari rohnya Elia.
Dari ini kita belajar bahwa sebagai anak-anak muda yang mau dipakai Tuhan luar biasa dalam menjalankan amanat agung Kristus harus dapat seperti Elisa. Apa yang dapat kita pelajari:
Kita harus siap untuk menerima setiap penugasan yang dipercayakan kepada kita, jangan menunda atau menolaknya
Kisah Elia dan Elisa dalam perikop ini berbicara tentang bimbingan dan transisi kepemimpinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Untuk itu, generasi muda harus dapat membangun hubungan baik dengan generasi di atas kita
Kita juga belajar dari Elisa tentang bagaimana ia belajar dan mengikuti orang yang lebih berpengetahuan, berpengalaman, lebih bijaksana dan berhikmat. Permintaan Elisa untuk "dua bagian roh" adalah semangat pelayanan yang lebih lagi yang ingin ia dapatkan dari gurunya untuk melanjutkan pelayanan Elia.
Untuk itu, mari kita menangkap hal ini dan mulai mempraktekkan teladan Elisa bagi Elia dalam pelayanan kita dan semua aspek kehidupan kita
Apakah kita sudah memiliki sikap hati seperti Elisa?