“Kenapa Orang Jahat Kok Sepertinya Lebih Bahagia dan Sukses Daripada Orang Benar?” Mazmur 73:12-13

Renungan Harian, 17 Maret 2017
"Kenapa Orang Jahat Kok Sepertinya Lebih Bahagia dan Sukses Daripada Orang Benar?" Mazmur 73:12-13
Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 77 ; Roma 5 ; Ulangan 1-2

Salah satu pertanyaan besar yang menjadi pergumulan banyak orang adalah tentang mengapa orang baik terkadang menderita, sedangkan banyak orang jahat yang hidupnya sukses. Ini bukan pertanyaan baru. Ayat yang kita baca di atas adalah dari kitab Mazmur yang ditulis oleh seorang pria bernama Asaf. Dia adalah salah seorang pimpinan pemusiknya Raja Daud, dia menuliskan mazmur itu setelah bergumul dengan isu yang sama!
Di awal pasal tersebut kamu bisa menemukan bahwa Asaf iri kepada "orang-orang fasik" yang hidupnya makmur. Dia melihat keadaan itu yang sebagai ketidakadilan, dia menjadi patah semangat mencoba untuk hidup benar.
Kesimpulan yang dibuat oleh Asaf tentang orang yang menyombongkan diri dihadapan Tuhan yang "kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan." Dan walau demikian, ia mengamati, "mereka menambah harta benda dan senang selamanya!" Akibatnya dia sampai pada kesimpulan yang ditulis pada ayat berikut, " Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah."
Apa yang Asaf lakukan hingga dia bisa kembali kepada pemikiran yang benar? Dia mundur ke belakang dan melihat gambar yang "lebih besar". Dia pergi ke "gereja". Disana dia ingat akan beberapa hal baik yang kita tidak lihat dalam dunia nyata ini: Tuhan selalu beserta kita. Tuhan membimbing kita dan memberi kita kekuatan. Ketika hidup kita dibumi ini selesai, Tuhan membawa kita masuk dalam hadirat-Nya. Akhirnya, Asaf kembali memiliki cara pandang yang benar, dan berkata kepada Tuhan. Mazmur 73:2
Ketika kamu mencoba menjalani kehidupan dengan cara yang menyenangkan hati Tuhan, ingatlah bahwa hal itu tidak sia-sia. Jika sepertinya "orang jahat" selalu menang, ingatlah bahwa kita memiliki sudut pandang yang terbatas. Seperti Asaf, kita perlu mundur dan melihat dari sudut pandang yang lain, yaitu sudut pandangnya Tuhan. Hal itu akan mengubah keputusasaan menjadi sebuah sukacita! Kita akan berubah dari seorang yang bermentalitas korban menjadi seorang pemenang!
Bapa di Sorga, tolong kami ingat bahwa hidup di jalan-jalan yang menyenangkan Engkau tidak pernah sia-sia. Tolong kami memiliki sudut pandang-Mu. Terima kasih karena Engkau selalu bersama kami dan hidup di dalam kami. Amin.
(Source : www. jawaban.com)
Selamat beraktifitas, tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *