“Kasihilah Musuhmu” Matius 5:44-46

Renungan Harian, Jumat 13 Januari 2017
"Kasihilah Musuhmu" Matius 5:44-46
Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 13 ; Matius 13 ; Kejadian 25-26
 
Saya tahu ini salah, tapi saya tidak bisa menahan diri untuk marah kepada seorang ibu temannya anak saya. Guru anak saya menghubungi saya untuk memperingatkan tentang sesuatu yang dilakukan ibu itu yang mencoba menyabotase putri saya. Saya ingin mengatasi hal itu sendiri dengan bicara langsung dengannya. Tetapi malah sebaliknya saya mengijinkan bibit kepahitan masuk di hati saya. Saya memutuskan bahwa dia adalah musuh saya. Saya memilih untuk mendiamkan dia, tetapi bibit itu sudah tertanam.
Saya mencoba membenarkan tindakan saya itu dengan berkata bahwa adu mulut dengannya atau menggosipkannya akan lebih buruk lagi. Mendiamkan dia akan mengirimkan pesan bahwa saya tidak memberi waktu untuk orang-orang yang menyakiti anak-anak saya.
Itu terjadi hingga Tuhan bicara kepada saya. Awalnya dia hanya menyikut saya pelan-pelan. Contohnya, kemanapun saya berkendara, saya melihat dia di mobilnya. Setiap kali saya belanja di toko, dia ada di sana. Bahkan saat saya berusaha menghindarinya, saya bertemu denganya di bagian lain toko itu dengan barang belanjaan saya.
Ketika saya tidak juga sadar dengan peringatan Tuhan itu, Tuhan langsung bicara di hati saya! Tepat setelah saya berusaha menghindari ibu itu dalam sebuah acara sekolah, saya dengar Tuhan bicara dengan jelas. Dia mengingatkan tentang firman-Nya di Matius.
"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."
Berbuat baiklah kepada orang yang membenci kamu ( atau anakmu) dan berdoalah bagi mereka menganiaya kamu. Ouch. Itu sangat sakit. Yang lucu walau Roh Kudus sudah mengingatkan saya pada perkataan Yesus itu, saya masih mencoba tawar menawar dengan Dia.
"Tetapi Roh Kudus, lihat betapa banyaknya orang yang saya kasihi! Bisakah saya punya satu orang saja orang yang tidak saya suka?"
Kita semua pasti punya orang-orang yang tidak kita sukai yang sikapnya mengganggu dan menyebalkan. Ada yang sengaja juga yang tidak sengaja melakukannya. Keluhan kita pada banyak kasus masuk akal, dan kita punya hak untuk kecewa dan marah. Dilain waktu, jika kita jujur, kita bereaksi secara berlebihan atau malah terlalu sensitif.
Dalam kasus saya, keluhan saya nyata. "Musuh" saya mencoba menyakiti anak saya. Saya punya "hak" untuk marah dan menjauhi dia. Tetapi apakah benar demikian? Yakobus 2:10
Kita berkata kepada Tuhan bahwa kita mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa dan pikiran kita, tetapi ketika kita juga diminta untuk mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri. Tidak ada pengecualian hanya mengasihi orang yang baik kepada kita atau yang layak kita cintai. Sebaliknya, kita disuruh untuk. Ibrani 12:3.
Saya tahu apa yang harus saya lakukan. Saya ambil handphone saya dan menghubungi "musuh" saya dan mengundangnya untuk minum kopi. Saya meminta Roh Kudus menolang saya untuk mengesampingkan perasaan saya dan mengasihinya dan mengampuninya. Mengijinkan Roh Kudus terlibat dalam situasi saya saat itu mengubah segalanya.
Setelah ngopi, kami tertawa bersama. Kami berbagi cerita. Kami membereskan masalahnya. Saya melakukan usaha itu sebagai bukti ketaatan, tetapi pada akhirnya, saya yang diberkati. (Anne Ferrell Tata)
(Source : www. jawaban.com)
Selamat beraktifitas, tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *